Powered By Blogger

Selasa, 01 Maret 2011

'LPI Buat Prestasi Pemain Sepakbola Mentok'

Bandung, Pengamat Sepakbola
Johny F Tamaela menyatakan keberadaan Liga
Primer Indonesia (LPI) membuat prestasi pemain
mentok dan tak berkembang. Pasalnya, sebagus
apapun seorang pemain di LPI ia hanya akan
berputar-putar dalam kompetisi itu.
Johny mengemukakan penilaiannya tersebut
dalam acara diksusi "Di Balik Kisruh Suksesi
Ketum PSSI" yang diselenggarakan Pengurus
Daerah Jabar Perhimpunan Jurnalis Indonesia, di
Ruang Burangrang Hotel Horison, Jalan Pelajar
Pejuang, Bandung, Senin (28/2/2011).
Berdasarkan pandangannya tersebut, Johny pun
kemudian menyayangkan jika ada bintang
sepakbola yang justru tak bisa membela Timnas
karena hal itu.
"Terlepas dari pro dan kontra tentang LPI. Tapi
saya menilai, kalau di LPI pemain tidak bisa
mencapai prestasi tertinggi yaitu mengikuti ajang
piala dunia. Dia hanya terbatas menjadi juara klub
saja. Dia akan berhenti di tingkat lokal saja,"
katanya.
Hal itu disebabkan karena LPI adalah sebuah
kompetisi yang tidak diakui oleh PSSI sebagai
induk organisasi sepakbola di Indonesia di bawah
FIFA. Maka jenjang peningkatan kompetisi pun
jadi terbatas.
"Kesempatan bangsa ini memperoleh pemain
terbaik pun jadi hilang. Jika pemain terbaik di LPI
lalu main di timnas, maka FIFA akan
menganggap ilegal, dan itu sangat disayangkan
padahal dia adalah pemain berbakat," ujar Johny.
Johny menuturkan, saat ini masih ada
pemahaman yang belum sama terhadap liga.
Karena itu menurutnya perlu ada pertemuan,
akan seperti apa persepakbolaan di Indonesia ini.
"Ada aturan yang berbeda namun tak perlu
dibenturkan. Kalau nanti LPI bisa bergabung
bersama juga nanti tidak akan langsung masuk
ke divisi utama, pasti akan ada jenjang," katanya.
Lebih lanjut Johny mengatakan, lebih dari 50
tahun Indonesia mengenal dunia persepakbolaan,
tetapi aturan yang dimengerti oleh masyarakat
luas hanyalah sekedar peraturan di lapangan.
Masyarakat tak mengetahui bagaimana aturan
keorganisasian di PSSI, terlebih setelah
mengadaptasi penuh aturan FIFA pada tahun
2007.
"Kita harus mengakui bahwa pengetahuan
masyarakat kita itu baru rule of game di
lapangan, belum sampai mengerti tata tertib
FIFA," ujar Johny.

Tidak ada komentar: