Powered By Blogger

Minggu, 19 Juni 2011

sebuah kisah

Tahun yang lalu, ketika ibu saya berkunjung, ia
mengajak saya untuk berbelanja bersamanya
karena dia membutuhkan sebuah gaun yang
baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi
berbelanja bersama dengan orang lain,
meskipun itu ibu saya. Saya bukanlah orang
yang sabar. Tapi, kami putuskan juga
berangkat ke pusat perbelanjaan tersebut.
Kami mengunjungi setiap toko yang
menyediakan gaun wanita. Dan ibu saya
mencoba gaun demi gaun dan
mengembalikan semuanya. Seiring hari yang
berlalu, saya mulai lelah, gelisah, dan ibu mulai
frustasi.
Akhirnya pada toko terakhir yang kami
kunjungi, ibu mencoba satu stel gaun biru
yang cantik, terdiri dari tiga helai. Pada blusnya
terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya.
Dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk
kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama
ibu saya dalam ruang ganti pakaian. Biar
semuanya cepat beres. Saya melih at
bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan
dengan susah mencoba untuk mengikat
talinya.
Ternyata, Tuhan, tangan-tangannya sudah
mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang
sendi. Dan ibu dia tidak dapat menalikan gaun
itu. Seketika ketidaksabaran saya digantikan
oleh suatu rasa kasihan yang begitu dalam
kepadanya. Dada saya sesak, napas aya
panas. Saya berbalik pergi dan mencoba
menyembunyikan air mata yang keluar tanpa
saya sadari. Saya terisak.
Setelah mendapatkan ketenangan, saya
kembali masuk ke kamar ganti, dan menahan
tangis melihat gemetar tangan ibu,
membantunya mengikatkan tali gaun tersebut.
Pakaian ini begitu indah, dan ibu membelinya.
Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi
kejadian tersebut terukir dan tidak dapat
terlupakan dari ingatan saya. Sepanjang sisa
hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada
saat berada di dalam ruang ganti pakaian
tersebut, dan ter bayang tangan ibu saya yang
sedang berusaha mengikat tali blusnya.
Tangan yang gemetar.
Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang
pernah menyuapi saya, memandikan saya,
memakaikan baju, membelai dan memeluk
saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa
untuk saya, sekarang tangan itu telah
menyentuh hati saya dengan cara yang paling
membekas dalam hati saya. Kemudian pada
sore harinya, saya pergi ke kamar ibu saya,
mengambil tangannya, menciumnya. Dan
yang membuatnya terkejut. Saya mengatakan
pada ibu, kedua tangan tersebut adalah tangan
yang paling indah di dunia ini. Saya sangat
bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya
dapat melihat dengan mata baru, betapa
bernilai dan berharganya kasih sayang yang
penuh pengorbanan dari seorang ibu. Saya
hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak
tangan saya dan hati saya akan memiliki
keindahannya tersendiri, keindahan tangan
Ibu.

Tidak ada komentar: