Powered By Blogger

Jumat, 21 Januari 2011

Jangan Berhenti Berjuang Merevolusi PSSI

Jakarta - Suara suporter jangan "hangat-hangat tahi ayam". Tekad bersama dan upaya untuk merevolusi PSSI yang telah dicuatkan sejak beberapa tahun terakhir tak boleh berhenti sampai perjuangan itu tercapai.

Akhir maret  2008, masih terngiang sebuah nyanyian dari teman teman Aremania: "kita datang ke Jakarta berteriak .... revolusi , revolusi revolusi revolusi PSSI, agar maju sepak bola negeri in"”. Hari itu kami menggelar sebuah demo revolusi PSSI Jilid 1, lewat sebuah aliansi bernama KSI (Kelompok Suporter Indonesia) kami bergerak dari patung kuda Monas menuju kantor Menpora dan kemudian "sarang penyamun" kantor PSSI. 

Waktu itu KSI terdiri dari teman teman Aremania, Jakmania, Pasoepati, Slemania, Benteng Viola dan Singa Mania. Tujuh tuntutan yang kami suarakan adalah (1) pergantian ketua umum dan penggurus PSSI yang bersih dari kepentingan bisnis dan politik, (2) peningkatan kinerja wasit baik kualitas maupun moral, (3), format sistem kompetisi yang terprogram dan konsisten, (4) standardisasi pemain asing baik kualitas teknik maupun mental, (5) peningkatan profesionalisme panpel pertandingan kompetisi, (6) pembinaan suporter yang damai kreatif atraktif dia atas landasan sportivitas, (7) sistem pembinaan klub yang terencana dan konsisten.

Seperti biasa, tidak ada reaksi signifikan dari PSSI soal tujuh tuntutan tersebut. Maka kami pun menggelar agenda Revolusi PSSI Jilid 2 pada 12 Mei 2008, dengan pokok tuntutan yang sama, yaitu perbaik PSSI. Kali itu kami mendatangi KONI dan meminta Ibu Rita Subowo untuk menekan PSSI yang berada di bawah KONI sebagai induk olahraga nasional.

Puncaknya adalah KSN (Kongres Sepakbola Nasional) di Malang yang rencananya adalah untuk menekan Nurdin Halid dan kroni-kroninya. Namun KSN gagal menggolkan wacana pergantian pengurus PSSI melalui Munaslub. KSN "masuk angin", ujar teman dari salah satu media cetak. Selain gagal merekomendasikan Munaslub, KSN sedikit dinodai ketika seorang dirigen kelompok suporter mengalungkan bunga kepada sang ”narapidana” Nurdin Halid.

De javu berulang. Tahun lalu tiga kali The Jakmania menggelar demo di depan kantor PSSI, pada 8, 25, dan 29 April. Tuntutan tetap sama: PSSI dirombak total, Nurdin Halid turun, pengurus-pengurus lain dipersilakan pergi -- dan hasilnya pun tetap nihil.

Begitu keras kepala dan tulinya Nurdin cs, sebuah kompetisi lain pun digulirkan. Digerakkan oleh pengusaha Arifin Panigoro, Liga Primer Indonesia (LPI) digelar pada 8 Januari di Solo. PSSI ditampar sangat telak karena tiga klub yang mengikuti Liga Super Indonesia (LSI), yaitu PSM, Persibo dan Persema, memutuskan pindah gerbong.

Banyak yang bilang LPI seperti membawa angin perubahan baru bagi sepakbola kita, tapi tidak menurut PSSI, yang mati-matian mengganggapnya ilegal. Lalu terjadilah pertarungan statement, saling klaim, tuding-menuding di antara kedua tanpa pernah duduk satu meja, terutama dari pihak PSSI yang selalu merasa paling benar.

Sebagai admin twitter @infosuporter pertanyaan semacam ini kerap penulis dapatkan: "dukung LPI apa dukung LSI?". Sebagai media tentang suporter, tentu kami berusaha tetap di tengah, berusaha senetral mungkin memberi informasi.

Semakin hari semakin meruncing perseteruan ini. Suporter yang menurut kami adalah pemegang suara suci dalam sepakbola kita juga mulai mereda suaranya. Malahan ICW yg gencar meneriakan "Save our Soccer". Beberapa kali ICW melakukan diskusi soal APBD dan sepakbola, ICW juga sudah melaporkan kasus soal penyimpangan APBD ke KPK.

ASI semoga murni suara suporter?


Kemudian lahir lagi sebuah gerakan suporter dalam balutan nama ASI (Aliansi Suporter Indonesia). Dibentuk awal bulan lalu, mereka melakukan gebrakan lewat aksi damai di Bundaran HI Sabtu malam (15/1) lalu, dengan tema 100 lilih untuk keprihatinan sepakbola Indonesia. ASI yang merupakan gabungan beberapa suporter tersebut  mengeluarkan petisi yang nantinya akan di berikan kepada KPK dan anggota DPR.

Adapun isi petisi itu terdiri dari 8 butir tuntutan:

1.Menuntut restrukturisasi atau reformasi dalam kepengurusan PSSI sesegera mungkin.
2.Menolak politisasi sepakbola nasional dengan tidak mendudukkan kader partai dalam posisi puncak dan strategis.
3.PSSI hanya dikelola oleh orang-orang independen dan profesional dalam bidangnya.
4.Mengembalikan fungsi APBD yang sesuai dengan Pasal 155 PP nomor 58 Tahun 2005; Peraturan Mendagri no 58 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; dan Permendagri no. 13 Tahun 2006 tentang pedoman Pengelolaan keuangan Daerah; serta Surat Mendagri no .903/187/SJ yang berisi pelarangan penggunaan dana APBD secara rutin bagi klub sepak bola.
5.Menuntut diadakannya audit kelembagaan PSSI secara transparan, bersih dan independen.
6.PSSI harus memberikan izin pada setiap usaha kompetisi profesional yang ingin memajukan persepakbolaan Indonesia.
7.Menolak calon ketua umum PSSI yang mempunyai perkara hukum.
8.Menuntut keamanan, kenyamanan dan fasilitas yang layak bagi penonton.

Yang menarik adalah poin keeenam. Dari berbagai diskusi dengan kawan, ada kesan seolah-olah ASI mendukung LPI. Saya yang juga masuk dalam tim 11 dari ASI tetap tidak akan rela ASI dijadikan corong untuk mendukung LPI dan salah satu kandidat calon ketua PSSI. ASI harus netral dari kepentingan apapun. ASI adalah suara murni suporter. Jika ASI melenceng, saya adalah orang pertama yang akan keluar dari aliansi tersebut, 6 kelompok suporter lainnya siap keluar juga jika ASI memang mengarah ke tujuan tertentu.

Jambore Suporter

Berbarengan dengan kegiatan di HI, teman teman dari The Jakmania membentangkan beberapa spanduk dengan tulisan "Jambore Suporter Indonesia Untuk Perubahan" dan pada Rabu (19/1) lalu di Kantor LBH Jakarta, kawan kawan dari Jaringan Suporter untuk perubahan sepakbola Indonesia (JAPSI) mengadakan konferensi pers soal kegiatan jambore tersebut

Jambore digelar 20-24 Januari di Tugu Proklamasi, Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta, dari pukul 10 pagi sampai 9 malam, dengan berbagai aktivitas seperti mimbar suporter, diskusi publik, dan kampanye kesadaran sepakbola.

"Kami meminta agar Pengcab, Pengda, Peserta Kompetisi dan para pemegang hak suara dalam rapat tahunan (di Bali, 21-23 Januari) untuk mengubah agendanya menjadi Munaslub dan menetapkan kepemimpinan baru tanpa Nurdin Halid dan Nugraha Besoes," ujar koordinator acara "Jambore Perubahan Sepakbola Indonesia", Richard Ahmad Supriyanto, dari The Jakmania

Kelompok suporter yang hadir di antaranya The Jak, Macz Man, Bonek, Persikmania, Panser Biru & Snex Semarang, Singamania, Pasoepati, Saminista Blora, Spartac's Padang, Slemania, Simolodro, Benteng Viola, Bentengmania, Kabomania. Dll.

Semoga usaha ASI , dan teman teman JAPSI tetap masih murni sebagai suara suporter, bukan hasil kreasi dari sia anu atau si itu. Mari berjuang dengan kemurnian, kawan. Perjuangan belum selesai.

Tidak ada komentar: