Powered By Blogger

Rabu, 19 Januari 2011

Ada yang menarik dari www.bonex-cyber.web.id. Situs ini menyajikan jajak pendapat tentang kemungkinan apakah Bonek bisa berdamai dengan The Jak? Beberapa persen menjawab tidak mungkin atau sulit. Namun sebagian besar menjawab mungkin.Saya pribadi, dengan mengacu sejarah Bonek dan suporter sepakbola Indonesia, berani mengatakan ITU SANGAT MUNGKIN TERJADI.Dalam peta sepakbola Indonesia, sebenarnya rivalitas tradisional kesebelasan antar kota ada enam: Surabaya,Bandung, Semarang,Medan - Makassar,Jakarta. Rivalitas ini tentu saja diiringi dengan rivalitas pendukung. Namun, khusus untuk rivalitas pendukung, sejarah panjang sepakbola Indonesia hanya mencatat lima kota, yakni Surabaya,Bandung , Semarang ,Medan,Makassar.Sepakbola di empat kota ini sangat berurat dan berakar. Surabaya punya Persebaya dan Niac Mitra, Bandung punya Persib dan Bandung Raya, Semarang punya PSIS, Medan punya PSMS dan Medan Jaya, Makassar punya PSM dan Makassar Utama.Jakarta, kendati punya Persija dan Pelita Jaya, dukungan suporter masih minim. Kota ini terlalu heterogen. Setiap kali Persija bertanding dengan salah satu kesebelasan dari empat kota lainnya, maka bisa dipastikan Senayan bukan milik mereka.Rivalitas antar kesebelasan di tahun 1970, 1980 hingga 1990-an ini begitu kental. Suporter sepakbola Surabaya tentu masih ingat bagaimana mereka tak pernah akur dengan bobotoh Bandung. Arek Suroboyo juga tak akur dengan Semarang. Setiap kali lewat Semarang saat hendak ke Jakarta, kereta api akan dilempari.Bahkan dengan suporter PSIM Jogjakarta sempat terjadi keributan, dan mengakibatkan meninggalnya Suhermansyah, seorang pecinta Persebaya. Ini catatan hitam yang jangan sampai terulang lagi.Dengan catatan begitu buruk, tak heran jika ada keraguan, bisakah suporter berakur-akur ria? Ketidakpercayaan suporter bisa saling akur bahkan membuat final Ligina V antara Persebaya dengan PSIS dipindahkan ke Manado.Tahun berganti. Generasi suporter berganti. Keraguan itu terjawab sudah. Hari ini, Bonek Surabaya bisa bergandeng tangan dengan bobotoh Bandung. Bonek juga bisa berdampingan dengan suporter Semarang.Terakhir, bahkan ada kabar gembira, bahwa suporter Makassar pun sempat berjabat tangan saat pertandingan Persebaya versus PSM di Tambaksari. Pertandingan berjalan damai. Di Jogja pun, Brajamusti bergandengan dengan Bonek.Fenomena ini tentu sangat menggembirakan. Inilah yang diharapkan kita semua. Maka, janganlah heran jika saya bisa menyatakan BONEK SANGAT MUNGKIN BERDAMAI DENGAN THE JAK.Apalagi secara tradisional sebenarnya Jakarta tak punya sejarah panjang dalam dunia suporter sepakbola sehingga harus bermusuhan dengan Bonek. Dengan Bandung dan Semarang yang musuh bebuyutan saja Bonek bisa berdamai, mengapa dengan Jakarta tidak? Kuncinya KEBESARAN HATI DUA PIHAK.Dan sinyal positif muncul saat pertandingan antara Deltras dengan Persija. The Jak disambut hangat oleh Bonek dan Deltamania. Di situs bonek.org sambutan hangat itu muncul pula.Bahkan, boleh saya nilai, hari ini, The Jak, Viking, Persikmania, Deltamania, suporter Semarang, dan suporter Medan adalah suporter yang santun saat mengisi guest book www.bonek.org. Mereka tidak provokatif dan cenderung bersahabat kendati diprovokasi pihak lain yang tak senang.Bonek boleh saja disisihkan dalam acara kumpul-kumpul antar suporter. NAMUN FAKTANYA, TIDAK DIBUTUHKAN KUMPUL-KUMPUL SEHINGGA BONEK BISA BERDAMAI DENGAN SUPORTER LAIN.Bagaimana dengan Aremania? Apakah Aremania musuh Bonek? Hmm, dalam sejarah sepakbola, Malang tak punya sejarah panjang, apalagi untuk urusan suporter sepakbola. Arema baru muncul tahun 1987, Persema baru awal 1990-an muncul.Arema juara saja baru tahun 1990-an.Jadi, saya kira, Bonek sebenarnya sejak dulu tidak pernah memperhitungkan Malang dalam urusan suporter. Tidak ada alasan bagi Bonek memulai permusuhan dengan Malang. Ketemu dengan kesebelasan Malang di final saja tidak pernah.Loh, kok sekarang Bonek dianggap bermusuhan dengan Aremania? Kalau untuk yang satu ini, mungkin lebih baik tidak bertanya kepada Bonek. Anda keliru bertanya pada Bonek.Loh, kok keliru? Jelas saja keliru, karena BONEK SUDAH MEMBUKTIKAN DIRI BISA MENERIMA AREMANIA DI GELORA TAHUN 1997, meski tahun 1990-an ada pemain Persebaya bernama Nurkiman yang diketapel oknum suporter saat bermain di Malang hingga cacat.Saat itu, tahun 1997, di gelora Tambaksari, Aremania bisa bernyanyi-nyanyi, joget kanan-kiri.Pujian datang dari mana-mana terhadap kebesaran hati Bonek ini, kendati selanjutnya Bonek tak bisa datang ke Malang dan hari-hari ini malah diprovokasi dengan sebutan Bodoh dan Nekat oleh oknum yang mengaku-aku Aremania (semoga saja memang oknum seperti yang didengung-dengungkan jika ada kerusuhan).Lagipula, kenapa soal permusuhan dengan Aremania, anda mesti tanya ke Bonek? Cobalah tanya ke akar rumput Sakera Pasuruan dan Persikmania kenapa mereka belum bisa berdamai dengan Aremania. Mungkin sekali waktu, anda lebih baik bertanya kepada mereka.

Tidak ada komentar: