NAMA resmi FIFA adalah  Fédération Internationale de Football Association atau dalam bahasa  Inggris ialah International Federation of Association Football. Jadi,  sesungguhnya nama FIFA lebih terkenal dalam bahasa Prancis, persis  ketika didirikan pada  1907 di Paris. Kepanjangan FIFA tidak pernah  berubah, baik dalam bahasa Prancis maupun bahasa Inggris.
Oleh karena itu, beberapa bulan lalu ketika ada kabar lewat PSSI bahwa  FIFA menegur dan mengancam Indonesia karena digelarnya LPI (Liga Primer  Indonesia) segera saja publik heboh dengan informasi bahwa surat itu  palsu. Saya tidak melihat surat yang dianggap palsu itu. 
Tetapi, dari berbagai berita, misalnya dari analisis grammar bahasa  Inggris dan yang lebih fatal lagi kepanjangan FIFA adalah Federation  International Football Association, itu menunjukkan pembuat surat  keterlaluan ngawurnya. Pertama, dia tidak mengerti kepanjangan yang  betul FIFA. Kedua, bahasa Inggrisnya pas-pasan dan malahan mungkin tidak  pernah ke kantor FIFA di Zurich, Swiss.
Siapa pun yang pernah masuk ke kantor FIFA yang megah di kawasan  Sonenberg, Zurich, rasanya tidak mungkin menulis kepanjangan FIFA sampai  salah. Saya tidak tahu jika pengurus PSSI yang wira-wiri ke sana sampai  tidak pernah memperhatikan kepanjangan FIFA yang benar itu. Rasanya,  tidak mungkin Sekjen FIFA Jerome Valcker yang asli Prancis dan Thierry  Regennas, pejabat FIFA urusan asosiasi dan perkembangan yang asli Swiss,  salah menulis  kepanjangan FIFA. 
Dilahirkan di Paris pada 1907, wajar jika suasana Prancis masih terasa  kental di dalam organisasi tersebut. Jika para petinggi FIFA dan para  tamunya bersantap siang atau bersantap malam, mereka biasanya ke   restoran FIFA Club Sonenberg di Hitzigweg 15, CH -  8032 Zurich, yang  salah satu menu andalannya adalah menu Prancis. Bahasa Prancis masih  dominan dan mereka kadang-kadang mengira tamunya, khususnya dari  Indonesia, seperti saya, tidak mengerti bahasa Prancis.
Sikap sok Prancis para petinggi FIFA itulah yang saya alami ketika saya  memperbincangkan nasib Nurdin Halid dengan Presiden FIFA Sepp Blatter.  Tiba-tiba ada oknum yang menginterupsi dalam bahasa Prancis. Dia baru  agak mundur teratur dan tidak banyak campur tangan ketika menyadari  bahwa rombongan kami juga mengerti bahasa Prancis. Dari interupsinya  itu, saya mengerti bahwa Blatter diminta untuk tidak banyak berbicara  soal Nurdin Halid.
Situasi itu sangat merisaukan saya. Itu berarti lobi penguasa PSSI  sangat intensif di lingkungan FIFA, sementara para pengkritik pengurus  PSSI sama sekali tidak punya akses ke FIFA. Pantas, selama ini kalau  mereka ke kantor FIFA di Zurich sekali pun tidak pernah kontak ke KBRI. 
Tampaknya, ada sesuatu yang dijaga secara khusus oleh pihak PSSI  sehingga jalur komunikasi dengan pejabat FIFA itu hanya eksklusif untuk  mereka. Bukan hanya itu, mereka juga ingin memonopoli tafsir informasi  yang keluar dari FIFA. Dengan kata lain, kalau ada instruksi atau  informasi FIFA yang menguntungkan mereka, itu akan digunakan dan  disebarkan seluas-luasnya. 
Tetapi, jika ada surat atau ketentuan yang tidak mengenakkan pengurus  PSSI, mereka akan membungkus dan menyimpan serapat-rapatnya. Salah satu  yang paling nyata adalah soal surat FIFA pada Juni 2007, yang di website  resmi FIFA saja hingga sekarang bisa dibaca. 
Di sana disebutkan, FIFA sudah mengirimkan surat kepada PSSI agar  menggelar kongres ulang dan memperbaiki statuta PSSI. Meski sudah  jelas-jelas ada dan juga diakui para petinggi FIFA, ketika saya  berkunjung ke sana, para pengurus PSSI mati-matian membantah. Hanya,  kemudian mereka mengakui ada perintah KLB (kongres luar biasa) di Ancol  pada 2009 yang melanggengkan kekuasaan Nurdin Halid dan mempertahankan  status quo.
Dari cerita sejumlah teman yang sampai ke saya, ternyata KLB di Ancol  saat itu penuh rekayasa. Salah satu di antaranya, pejabat FIFA yang  ditugaskan untuk menjadi pengawas ibaratnya memberikan cek kosong kepada  pengurus PSSI. Teman-teman wartawan yang mencoba mewawancarai  perwakilan FIFA dihalang- halangi dan pejabat FIFA itu sendiri menolak  berbicara dengan wartawan. Jadi, selain memberikan cek kosong kepada  pengurus PSSI, dia seperti sudah dikondisikan untuk membenarkan apa saja  yang diputuskan PSSI.
Dalam konteks tersebut, kongres PSSI yang akan digelar April nanti  menjadi tidak berarti dan bisa kisruh manakala pengawas dari FIFA dan  AFC bukan pejabat yang netral. Kekhawatiran itu bukan tidak mengada-ada  karena masih ada usaha-usaha mengegolkan Nurdin Halid dengan berbagai  cara. 
Hingga kini, pengurus PSSI masih kukuh bahwa kongres akan dilaksasnakan  sesuai dengan aturan main PSSI yang katanya sudah disetujui FIFA.  Masalahnya, selama ini FIFA sangat sensitif dengan apa saja koreksi yang  dilakukan pemerintah. Jika seorang menteri atau saya selaku Dubes  mengingatkan FIFA bahwa terjadi KKN di lingkungan PSSI, mereka akan  memberikan warning agar kita stay away.
"Di lingkungan sepak bola yang di bawah naungan FIFA, haram adanya  campur tangan pemerintah," kata Alexander Koch, pejabat Humas FIFA,  ketika saya bertandang ke markasnya Selasa lalu.
Sekalipun saat ini PSSI masih memakai nama ’’I (Indonesia)’’ dan  menerima dana negara melalui APBN dan di klub-klub di daerah masih  menerima anggaran lewat APBD, sikap FIFA keras terhadap apa yang  dianggapnya campur tangan pemerintah. Jadi, jika Menpora Andi  Mallarangeng mengancam akan  ’’menyemprit’’ PSSI seandainya melenceng  dari statuta dan kode etik FIFA, itu tetap akan dianggap sebagai bentuk  campur tangan pemerintah. Pengurus PSSI akan melapor ke Zurich bahwa  mereka dizalimi pemerintah dan juga media massa.
Ketika salah seorang petinggi FIFA saya konfrontasi dengan fakta bahwa  PSSI pernah dipimpin dari balik jeruji penjara selama beberapa tahun,  dia mengelak. ’’Semuanya sudah diselesaikan dalam kongres pada 2009 di  Jakarta,’’ kata pejabat yang saya dengar juga akal hadir lagi di kongres  PSSI bulan depan.
Memang, bagi yang belum pernah ke markas FIFA di Zurich, Anda akan  mengalami pengalaman yang menyenangkan. Begitu masuk ke hall utama, Anda  akan disambut oleh sejumlah pegawai yang ramah dan menyenangkan.  Ruangannya sangat luas dan tertata dengan rapi. 
Arsitekturnya begitu indah dan didesain menerima cahaya yang memadai.  Meski musim dingin seperti sekarang ini, di ruangan FIFA terasa hangat.  Bahkan, karena pengunjung berasal dari banyak negara, di salah satu  sudutnya ada meditation room yang pada praktiknya banyak digunakan untuk  ruangan salat. Saya lihat ada beberapa lembar sajadah di sana yang  terlipat rapi. 
Saya kira, pengurus PSSI kalau ke FIFA lebih sibuk bertemu dengan Jerome  Valcke, sekretaris jenderal FIFA, dan Thierry Regennas, direktur  asosiasi sepak bola dan perkembangan. Selama ini tidak banyak yang  mempertanyakan apa saja yang disampaikan FIFA kepada PSSI. Dengan dana  organisasi, mereka bisa memonopoli informasi sesuai dengan seleranya. 
Bahkan, saking pedenya, kadang pengurus PSSI tidak memperhatikan bahwa  informasi itu tidak selaras dan menunjukkan inkonsistensi FIFA.  Misalnya, mengenai surat FIFA bertanggal 6 Maret 2009 yang mengakui  kepengurusan Nurdin Halid (bahkan sebelum KLB digelar di Hotel Mercure,  Ancol). 
Sebagaimana ditulis di sebuah media yang kutipannya sebagai berikut: "…We  are pleased to inform you that FIFA can agree to allow PSSI"s current  leadership to continue its work until the end of the present mandate  which shall expire in the year 2011, provided that FIFA conform statutes  are indeed ratified by the end of April 2009.’’ Demikian bunyi surat yang diteken Sekjen FIFA Jerome Valcke. 
Yang menjadi masalah, surat itu bertanggal 6 Maret 2009 sehingga  sesungguhnya FIFA sudah memberikan pengakuan sebelum kongres  dilaksanakan pada 19–20 April 2009. Terus terang saja, atas fakta itu,  sesungguhnya para petinggi FIFA agak malu ketika saya uber dengan  pertanyaan mengapa mereka tidak konsisten? 
Ini sangat memalukan bagi orang Swiss yang terkenal efisien, correct,  dan berpegang teguh kepada kaidah hukum maupun etika. Oleh karena itu,  mereka ingin menyudahi drama PSSI dengan secepatnya. Hanya, sayangnya  tidak dijamin bahwa hal itu di lapangan (ketika kongres) akan bisa  berjalan sesuai harapan publik.
Ada dua persoalan yang membuat Nurdin Halid cs masih terus bercokol.  Pertama, mereka akan mati-matian berjuang bahwa statuta PSSI yang  membolehkan mantan napi bisa memimpin PSSI sudah disahkan FIFA dalam KLB  di Ancol. Toh, selama empat tahun Nurdin tidak diganggu oleh FIFA. 
Kubu Nurdin akan mati-matian bertahan, setidaknya mengajak trade off  atau barter. Jika dia amblas, pihak lawannya juga disapu bersih. Atau,  setidaknya jika lawannya yang menang, dia mendapat hadiah hiburan untuk  didukung menjadi ketua AFF (Asosiasi Sepak Bola ASEAN).
Kedua, ada faktor lain yang menguntungkan Nurdin cs. Yakni, Muhammad bin  Hammam, ketua AFC atau Federasi Sepak Bola Asia, mungkin akan bertarung  dengan Blatter dalam kongres Juni nanti. Dengan demikian, dia sangat  berkepentingan dengan suara  siapa yang memimpin PSSI. Selama ini Nurdin  cs sudah terbukti sebagai sekutu yang setia. Misalnya ketika pemilihan  ketua AFC di Kuala Lumpur pada 8 Mei 2009, Nurdin menunjukkan  kesetiaannya dengan mendukung Hammam sehingga menang tipis 23 melawan 21  atas Sheikh Salman bin Khalifa dari Bahrain.
Menurut informasi, Bin Hammam akan hadir dalam kongres PSSI di Bali  nanti. Bahkan, saking kuatnya hubungan dia dengan sejumlah pengurus  teras PSSI, tadinya tempat kongres sudah disetujui di Bintan dipindah ke  Bali hanya agar Hammam tidak repot mendaratkan pesawatnya. Semua orang  sudah tahu dekatnya hubungan Hammam dengan pengurus PSSI. Sebaliknya,  para pengkritik PSSI tidak atau kurang dikenal oleh Bin Hammam. 
Penyelesaian PSSI itu sangat rumit jika para pengurus PSSI sekarang ini  tidak disadarkan hati nuraninya bahwa apa yang mereka lakukan bisa  merugikan kepentingan nasional. Hanya karena ngotot ingin terus  berkuasa, lalu melakukan segala daya upaya. 
Alangkah baiknya jika mereka meniru para seniornya, Bardosono, Ali  Sadikin, Kardono, Azwar Anas, Syarnubi Said, dan lain lain, yang  mengundurkan diri tanpa dipaksa dan didemo. 
Jika mereka mencintai sepak bola nasional, semua yang menjadi penguasa  PSSI sekarang ini harus diganti dengan wajah segar yang tidak  terkontaminasi oleh  kepentingan politik atau finansial jangka pendek.  Jadi, mari kita awasi bersama kongres yang tahapannya segera dimulai  dalam beberapa minggu ke depan.

 
